Jumat, 03 Mei 2013

Rinduku Masih Memihakmu, teman ...


Tugas tak seratus persen tersentuh. Sebagian kuputuskan untuk kutinggalkan, sengja kupilah yang paling ringan menurutku, tapi beberapa, mungkin tiga. Dalam asumsiku, hukuman untuk pelanggaran tugas yang ringan juga akan ringan, meski bebrapa telah terakumulasikan. Ah, begitulah aku mengangan-angan aturan yang akan aku temui esok. Ospek pertama yang aku jamah dalam hidup. Aku selalu berpikir bahwa ospek tak selalu mengerikan seperti yang selama ini sering kami, -mahasiswa baru dengar. Aku selalu yakin bahwa ditengah deraan tugas ini selalu ada nilai yang dapat kita bawa pulang, pengalaman yang nanti akan kita kenang-kenang dihari-hari lanjut. Tapi tetap saja, aku harus terlebih dahulu mengalami semuanya, menghadapi bahwa ospek maba mungkin tak terlampau mudah dan indah seperti angan-anganku sendiri. Tapi kecemasan itu sedikit lenyap, mendapati dirimu disana. Sesaat aku menarik nafas lega. Setidaknya, dengan menatapmu bebrapa detik nanti, wajah-wajah seram beraneka rasa milik para senior akan sirna. Dan barangkali, dari mendapati dirimu juga berdiri disana nanti bersama ku, dan mereka- ribuan maba lainnya, kelelahan akibat deraan kegiatan yang tuk kunjung henti itu berganti dengan semangat ’45 yang akan refleks terpompa.

Sekuat tenanga aku berusaha memicingkan mata, beberapa kali aku periksa kembali bawaan yang tak boleh ketinggalan untuk esok. Meskipun sebenarnya sudah beberapa kali aku terantuk, tak kuat menahan berat kantuk yang datang menyerang. Sejak pukul dua nol nol dini hari tadi aku memang sudah harus terjaga, memastikan jaringan komunikasi dari para senior,-pantia ospek maba, masuk ke dalam ponselku secara sempurna. Seperti itulah paling tidak gambaran ospek maba yang tengah aku jalani. Beberapa pesan singkat berisi rentetan tugas akan masuk ke dalam ponselmu dalam jam-jam yang tak akan bisa kau tebak, bisa tengah malam pas jam duabelas, shubuh bersama kokok-an ayam, atau tengah hari saat mentari berada pas di atas kepala. Dan semuanya harus terselesaikan kurang dari 24 jam, begitu penjelasan yang aku dapat ketika pembekalan. Nampak serba melelahkan. Rupanya hal itulah yang sedikit mengalihkan perhatianku padamu, aku bukan mengalah pada waktu, tapi terpaksa mengalah. Mengalah sementara pada ospek ini, karena bagiku, bersama ospek pula ini nanti aku akan dapati dirimu. Aku tersenyum sesaat sebelum kembali tenggelam dalam lamunan, masih tentangmu.

Kesibukan ini memang telah menyita beberapa waktuku untuk mengunjungi beberapa akunmu. Memastika hari ini kau baik-baik saja. Meski kini aku telah sekampus denganmu, tapi bagiku, cinta diam-diam ini masih menyisahkan jarak. Jarak yang tercipta karena bibir masih belum mampu berucap. Kita dekat karena satu fakultas, kita dekat sebagai teman, itu sebabnya aku tak merasa punya hak untuk memperhatikanmu berlebih dalam jarak dekat yang sebenarnya. Aku tak berhak.
Aku raih notebook,  hendak aku nyalakan sebelum akhirnya secepat kilat pula aku batalkan. Tenangaku sudah terlalu payah, apalagi kantuk masih terus diam, enggan pergi, malah semakin hebat. Aku sempatkan mengucap beberapa permintaan pada Tuhan, memastikan kau baik-baik saja, masih mampu tersenyum ditengah tututan tugas seperti ini. Sudah sebulan aku tak bertemu denganmu, setelah pertemuan saat pembekalan kala itu. Tiba-tiba aku merasa begitu lemas,. Aku dapati lunglai pada diriku luar biasa. Rindu yang tersimpan dan tak pernah terungkapkan itukah penyebabnya?  Jika iya, maka biarkan sebentar saja aku membuat perjanjian dengan hatiku sendiri. Besok kami ospek bersama. Bertemu dengannya. Menatap lagi raut wajah itu seperti tiga detik pertemuan pertama kami dulu. Hari esok, ditengah teriakan ganas para senior, akan aku temukan dirinya. Oase semangat yang menjanjikan tak pernah ada kekeringan. Esok pasti indah karenanya, dia. Janjiku

Aku tarik selimut, tapi sesaat sebelum terlelap, aku raih ponsel. Sebuah folder untuk pesan yang khusus aku buka. Aku baca lagi, berkali-kali, history pesanmu yang terakhir. Dingin malam seolah tiba-tiba menghilang. Pesan-pesan tadi singkat, tapi luar biasa menghangatkan. Tapi rindu terus bergemuruh, terus meronta menemuimu esok. Aku mulai menutup mata, seraya bergumam parau, “sampai jumpa esok teman, aku kangen”.


“kamulah yang aku cari kala pertama terbangun,
Dan yang aku ingat untuk kurindukan sebelum aku terlelap kala malam
Semoga kamu mengerti”
Adelia ‘ade’ P